Implementasi Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Melalui Pendekatan Steam Materi Dampak Eksplorasi dan Penggunaan Energi Kelas X Man 2 Lebong

kemenaglebong.com(Humas MAN 2 Lebong) Kurikulum merdeka adalah metode pembelajaran yang mengacu pada pendekatan bakat dan minat. Dengan kurikulum ini, peserta didik dapat memilih pelajaran sesuai dengan minatnya di berbagai bidang. Dalam pengertian lain, kurikulum mereka adalah kurikulum pembelajaran intrakurikuler yang beragam. Kurikulum Merdeka memiliki keunggulan yaitu lebih sederhana artinya fokus pada materi esensial dan pengembangan kompetensi peserta didik pada fasenya. Belajar menjadi lebih mendalam, bermakna, tidak terburu-buru dan menyenangkan.  Pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Dalam Kurikulum Merdeka Belajar, madrasah dan guru diberikan kebebasan untuk menentukan kurikulum dan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik, (Rabu 2024)

Model Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang saya pilih dalam materi Dampak Eksplorasi dan Penggunaan Energi mata pelajaran fisika pada kelas X. Model ini sangat menuntut keaktifan peserta didik untuk mampu belajar melalui berbagai permasalahan nyata dan kontekstual yang mereka hadapi pada keseharian mereka. Permasalahan tersebut mestinya bisa dipecahkan dan dicarikan solusinya, menggunakan berbagai penyelidikan dan wawancara yang peserta didik sendiri temukan.

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah Problem Based      Learning (PBL). PBL yaitu pembelajaran berbasis masalah. Melalui proses pemecahan masalah dalam proses pembelajaran, peserta didik dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip dalam belajar sehingga membuat peserta didik menjadi lebih aktif, kreatif, serta kritis dan memiliki keterampilan pemecahan masalah.

Proses pembelajaran ini menerapkan model Problem Based Learning (PBL) dengan pendekatan STEAM, peserta didik dapat melakukan penyelidikan serta wawancara dan menemukan solusi dalam belajar sehingga membuat peserta didik menjadi lebih aktif, kreatif, serta kritis dan memiliki keterampilan pemecahan masalah, meningkatkan karakter peserta didik seperti nilai karakter bergotong-royong, bernalar kritis, kreatif dan kemampuan memecahkan masalah, menjadikan pembelajaran bermakna sehingga mendorong peserta didik memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan mampu belajar secara mandiri. Peserta didik menjadi lebih mandiri dalam pemecahan masalah serta dapat memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk menerapkan pengetahuan mereka dalam dunia nyata.

Pembelajaran fisika dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) layak dijadikan praktik baik pembelajaran dengan pendekatan STEAM berorientasi HOTS karena dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam mengarahkan peserta didik untuk menyelesaikan masalah atau problem solving dan mandiri dalam mencari informasi yang dibutuhkan pada saat proses pembelajaran. Melalui bimbingan dari guru ibu Asmi Astuti, S.Pd yang mengarahkan peserta didik untuk mengajukan pertanyaan dan mencari solusinya sendiri berdasarkan masalah yang konkret oleh peserta didik. Secara tidak langsung peserta didik dapat belajar untuk memecahkan masalahnya secara mandiri serta mengembangkan kemampuan peserta didik dalam berpikir kritis, pemecahan masalah, belajar secara mandiri, dan memiliki keterampilan sosial yang tinggi di masyarakat.

Oleh sebab itu, setelah pembelajaran fisika pada materi Dampak Eksplorasi dan Penggunaan Energi yang di ampuh oleh guru mata pelajaran fisika ibu Asmi Astuti, S.Pd, bertujuan diharapkan untuk menerapkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam belajar, tidak terbatas pada hafalan teori. Kemampuan belajar dengan cara ini akan membantu peserta didik menguasai materi secara lebih mendalam dan lebih tahan lama (tidak mudah lupa).

Beliau menuturkan bahwa “Guru seharusnya tidak hanya mengajar dengan mengacu pada buku siswa dan buku guru serta jaring-jaring tema yang telah disediakan, tetapi berani melakukan inovasi pembelajaran yang kontekstual sesuai dengan latar belakang peserta didik, situasi dan kondisi madrasahnya. Hal ini akan membuat pembelajaran lebih bermakna”.

Ditemui usai mengajar, ibu Asmi Astuti mengungkapkan bahwa “Peserta didik kelas X MAN 2 Lebong merasa senang dan sangat antusias saat mengikuti pembelajaran ini, mereka mendapatkan pembelajaran yang bermakna sehingga mendorong peserta didik memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan mampu belajar secara mandiri. Peserta didik menjadi lebih mandiri dalam pemecahan masalah serta dapat memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk menerapkan pengetahuan mereka dalam dunia nyata. Serta meningkatkan nilai profil pelajar pancasila seperti nilai profil pelajar pancasila bergotong-royong, bernalar kritis, dan kreatif”.

“Saya berharap setelah mengikuti pembelajaran ini peserta didik MAN 2 Lebong melakukan penyelidikan dan menemukan solusi dalam belajar sehingga membuat peserta didik menjadi lebih aktif, kreatif, kritis serta memiliki keterampilan pemecahan masalah, dan para guru-guru MAN 2 Lebong lainnya untuk dapat melaksanakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan pendekatan STEAM yang berorientasi HOTS. Melalui bimbingan yang mengarahkan peserta didik untuk mengajukan pertanyaan serta mencari solusinya sendiri berdasarkan masalah yang konkret oleh peserta didik. Secara tidak langsung peserta didik dapat belajar untuk memecahkan masalahnya secara mandiri serta mengembangkan kemampuan peserta didik dalam berpikir kritis, pemecahan masalah, belajar secara mandiri, dan memiliki keterampilan sosial yang tinggi di masyarakat,” ungkapnya.

“Kepala MAN 2 Lebong bapak Zulkarnain. M.Pmat menyatakan, “Sangat mengapresiasi pembelajaran yang telah dilakukan guru, dan mendorong guru lain untuk dapat melaksanakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan pendekatan STEAM yang berorientasi HOTS.”

Kantor Kementerian Agama
Kabupaten Lebong

Jl. Raya Jalur Dua Komplek Perkantoran Pemda Lebong-Tubei